Untuk semua Info Tentang dunia Perternakan

Rabu, 15 Desember 2010

Pemanfaatan Limbah

Usaha beternak apapun komoditinya identik dengan limbah bau yang ditimbulkannya. Ini merupakan masalah serius yang perlu dipikirkan solusinya oleh seseorang yang akan memulai usaha ternak. Seseorang yang baru mulai menjalankan usaha ternak tentu tidak ingin usahanya gagal atau berhenti di tengah jalan hanya lantaran mendapat protes dari masyarakat sekitar akibat limbah bau tak sedap peternakannya. Oleh karenanya, pengelolaan limbah khususnya limbah ternak penting untuk dipelajari dan sepertinya sudah menjadi suatu keharusan.  Memang kadang geli juga melihat masyarakat kita, produk dari peternakan begitu diminati akan tetapi jalannya usaha begitu dimusuhi. Pernah suatu kali datang seorang peternak yang telah membeli bibit DOD itik mojosari betina kepada kami. Dia menceritakan kondisi ternaknya yang pada intinya ternak itiknya yang sudah umur remaja diracun oleh orang tak dikenal dan hampir separuh itiknya mati. Kami tidak heran atas kejadian tersebut dan itu memang menjadi resiko dan kendala kita dalam beternak. Akan tetapi dalam kejadian tersebut ada dua hal yang perlu mendapat analisa yaitu peternaknya sendiri dan orang yang meracuni ternak tersebut. Peternak sendiri mungkin lalai untuk berusaha meminimalkan bau limbah ternaknya sehingga dapat mengganggu lingkungan sekitar. Kemudian dari pihak orang yang meracuni kemungkinan ada sifat hasad (iri, dengki) karena tetangganya punya usaha baru. Nah, mana di antara kedua hal tersebut yang lebih dominan?
Ada juga laporan dari peternak ditempat lain bahwa kandangnya di bakar orang, ada yang ternaknya dicuri secara berkala, bahkan sampai ternaknya di jarah, dan bentuk protes lainnya dari masyarakat. Kita semestinya bisa mengambil pelajaran dari peristiwa itu semua dan mulai berbenah untuk kepentingan bersama. Kita semua pasti sepakat bahwa kita ingin mempunyai usaha tanpa kendala ataupun kalau ada maka kendala tersebut di atasi semaksimal mungkin. Untuk itu, dalam kesempatan kali ini kami akan menuliskan beberapa pengalaman pribadi berkaitan dengan penanganan limbah ternak mulai dari yang tidak keluar biaya (murah) sampai yang keluar biaya (mahal). Semoga bermanfaat dan menjadikan amal sholeh bagi kami. aamiin
Menanam hijauan di sekitar kandang
Penanaman hijauan disekitar kandang akan bisa sedikit mengurangi bau amoniak yang timbul. Hijauan yang bisa ditatam bisa berupa hijauan pakan ternak (rumput gajah, rumput raja, rumput lampung, kaliandra, lamtoro, turi) atau berupa pepohonan rendah. Yang penting tanaman tersebut tidak sampai menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam kandang sehingga kondisi kandang bisa tetap kering. Dengan demikian bau amoniak akan sedikit berkurang dan kita mendapat manfaat dari penanaman hijauan di sekitar kandang tersebut.
Penambahan kunyit (kunir) pada pakan
Penambahan kunir (kunyit) ke dalam pakan ternak diyakini dapat mengurangi bau amoniak pada kotoran. Fungsi kunyit dalam pakan adalah untuk meningkatkan kerja organ pencernaan unggas yaitu dengan merangsang dinding kantong empedu untuk mengeluarkan cairan empedu dan merangsang keluarnya getah pankreas yang mengandung enzim amilase, lipase, dan protease yang berguna untuk meningkatkan pencernaan bahan pakan seperti karbohidrat, lemak, dan protein. Kotoran yang bau dikarenakan proses metabolisme yang kurang maksimal sehingga ada zat-zat makanan yang ikut terbuang melalui kotoran terutama protein.
Penyemprotan dengan EM4 (Efektive Mikroorganisme 4)
EM-4 merupakan larutan berisi berbagai mikroorganisme fermentasi yang bekerja secara efektif dalam memfermentasikan bahan organik dalam kondisi aerob sehingga dapat mempercepat proses pengomposan dan menambah unsur hara tanah. EM-4, biasanya dijual dalam bentuk cair, berwarna cokelat kekuningan, serta mengandung berbagai mikroorganisme. Masing-masing mikroorganisme ini mempunyai kerja yang sangat spesifik, kemudian saling bersinergi dalam mengurai limbah organik serta menangkap gas penyebab bau tidak sedap (misalnya H2S dan NH3). EM-4 dapat digunakan untuk mengolah kotoran dan air kencing ternak menjadi pupuk. Cara penggunaan adalah limbah ternak (kotoran dan sisa pakan) dikumpulkan, lalu disiram larutan EM-4 aktif dengan konsentrasi 1-10 % sebanyak 1 liter/m3. Bau busuk dari limbah pun akan berkurang. Setelah 1 minggu, limbah dapat digunakan untuk memupuk tanaman.
Penambahan kapur pada litter
Penambahan kapur dalam litter salah satu fungsinya adalah untuk membunuh bibit penyakit, Fungsi lain dari penambahan kapur ini adalah dapat mengembalikan pH tanah menjadi netral dan juga meningkatkan daya serap tanah terhadap air. Limbah bau kandang biasanya banyak disebabkan oleh kondisi litter yang basah atau lembab. Nah dengan penambahan kapur diharapkan air yang tumpah atau kotoran ayam yang basah langsung bisa diserap sehingga limbah bau sedikit berkurang.
Pengelolaan limbah
Areal rumput gajah di Ponorogo
Kami pribadi melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di daerah Ponorogo pada usaha penggemukan dan pemeliharaan sapi betina terutama peranakan Limousin milik pak H. Syamsuddin. Usaha peternakan tersebut sudah bisa dikatakan sedikit modern dalam hal manajemen pemeliharaan. Yang perlu kita ambil pelajaran di sini adalah bagaimana pemilik peternakan mengelola limbah kotoran ternaknya. Kotoran ternak dialirkan ke areal persawahan yang sangat luas di sekitar kandang. Sawah tersebut ditanami rumput gajah sehingga praktis tidak menggunakan pupuk buatan. Rumput gajah yang dipakai pakan sapi hijau sepanjang tahun dan hasil panenannya selalu membanggakan.
Unit biogas di Malang Selatan
Pernah suatu kali kami praktikum mata kuliah Ilmu Pengelolaan Limbah Peternakan. Kami mengunjungi salah satu instalasi biogas sederhana milik seorang peternak di kec. Bantur, kab. Malang. Jumlah kepemilikan ternak (sapi perah) tidak begitu banyak yaitu hanya 3-5 ekor saja, akan tetapi peternak tersebut membangun instalasi biogas untuk menangani limbah kotoran ternaknya. Hasil yang diperoleh adalah dapurnya tetap mengasap dengan bahan bakar biogas dari hasil kotoran ternak tersebut sehingga tak perlu ikut pusing dengan berita kelangkaan minyak tanah dan lain sebagainya. Tak hanya itu manfaatnya, areal kebun salak di belakang rumah pun mendapat berkah pupuk cair dari sisa sludge biogas. Menurut pengakuan si pemilik kebun, salaknya lebih manis dan memang benar kenyataannya salak dikebun tersebut manis karena kami sendiri mencicipi dan membelinya pada waktu itu. Yang terbayang dari kami, bagaimana peternak tersebut mempunyai ide pembuatan instalasi biogas padahal berada di lingkungan pedesaan yang sangat jauh dari sumber ilmu pengetahuan. Usut punya usut ternyata si peternak tersebut adalah masih saudara dosen kami yang ahli biogas yaitu Bpk. Ir. Moch. Yunus MSi.
Longyam di blitar
Mengenang liburan kuliah, kami melakukan magang pada CV. Santoso Farm di Srengat-Blitar. Pada magang tersebut kami pun menjadi kuli dadakan. Bagaimana tidak, pekerjaan mulai mencuci tempat pakan dan minum ayam, memanggul pakan ke dalam kandang, mengambili telur, meratakan pakan, sampai mencampur pakan kami lakukan. Itu semua tidak masalah, yang penting ilmu yang kami dapat insyaallah lebih besar daripada tenaga kami yang keluar. Dalam magang tersebut kami memperhatikan pembuatan kolam di bawah kandang battery (ayam  petelur) dan di antara kandang. Kolam tersebut diisi ikan lele dan sekitar 3-4 bulan sudah di panen. Yang perlu diperhatikan kalau anda membangun system longyam adalah jarak lantai dasar kandang dengan permukaan kolam dan juga jenis lele yang dibudidayakan.
Pembuatan kompos di Blitar
Masih di lokasi yang sama yaitu di CV. Santoso Farm milik pak. H. Masngoet, kami berkunjung ke tempat pengolahan kotoran ternak menjadi pupuk kompos dan kascing. Kotoran ternak (feces) yang diolah membawa berkah tersendiri bagi pemiliknya. Bagaimana tidak, sebagian besar gaji pegawainya dibayar dari hasil pengolahan kotoran ternaknya dan dari hasil panen kolam ikan lelenya. Patut kiranya kita tiru, dan tidak ada kamus terlambat atau malu dalam meniru inovasi.
Mungkin itu saja yang dapat kami tuangkan pada kesempatan kali ini. Kalau ada pembaca atau peternak yang mempunyai pengalaman dalam hal penanganan limbah peternakan, sudilah kiranya berbagi pengalaman agar usaha peternakan kita tidak menuai protes dari masyarakat selamanya. Berbagi ilmu bukan menambah jumlah pesaing, akan tetapi hendaklah kita mempunyai prinsip “hidup akan lebih berkah kalau kita bisa memberi manfaat kepada orang lain”.*(SPt)
Anda dapat mengcopy isi artikel ini sebagian atau seluruhnya dengan menyebutkan sumbernya : www.sentralternak.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar